back to
Smartest Bomb Records
We’ve updated our Terms of Use to reflect our new entity name and address. You can review the changes here.
We’ve updated our Terms of Use. You can review the changes here.

Akumulasi

by Cryptical Death

/
  • Streaming + Download

    Includes unlimited streaming via the free Bandcamp app, plus high-quality download in MP3, FLAC and more.
    Purchasable with gift card

      $1 USD  or more

     

about

AKUMULASI

Negeri Agraria Hilang Sawah Padi, Maritim Nusantara Tinggal Cerita


Mural-mural berbicara mengenai kondisi masyarakat luas dalam menjalani hidup ditengah kegelapan Corona. “Tuhan aku lapar”, “Kami lapar Tuhan”, “Terus dibatasi, tapi tak diberi nasi” adalah beberapa pernyataan bahwa situasi dan kondisi masyarakat luas yang paling umum dirasakan adalah kebutuhan pokok mendasar; makan. Ekspresi suram ini tidak terlepas dari kenyataan perilaku koruptif terkait dana bansos yang diharapkan menjadi peringan penderitaan masyarakat berbanding terbalik. Fenomena kelam ditengah kegelapan ini diperparah oleh pengakuan seorang artis yang mengungkap penghasilan yang didapatkannya sebagai wakil rakyat. Disinilah ironi terbesar negeri ini para wakil rakyat hidup cukup atau bahkan mewah sedangkan yang diwakili gigit jari.
Kami lantas bertanya bukankah kita adalah negara agraris dimana sawah padi membentang dan setiap anak Indonesia memiliki imajinasi akan mulai mengambar tentang tanah-airnya dengan lukisan gunung dan hamparan padi di kiri dan kanan? Lalu mengapa sebagian dari masyarakat agraris dan juga maritim yang dua-duanya kita miliki sebagai bangsa tidak cukup memenuhi kebutuhan pangan yang ada? Sebagai masyarakat awam kita bertanya bagaimana mungkin negara agraris ini memenuhi kebutuhan nasi sebagai pangan pokoknya melalui impor beras? Sesuatu yang tidak pernah dapat dijelaskan oleh para ekonom atau siapapun yang berkecimpung dibidang pangan dengan sederhana; kemana perginya sawah, padi, dan segala isi lautan sumber pangan bangsa ini?
Sebuah pernyataan menarik di berita dari penguasa bahwa “diharapkan generasi muda mau kembali untuk bertani”. Disaat yang sama laporan tahunan Konsorsium Pembaruan Agraria menyebutkan perampasan tanah diwilayah pedesaan paska reformasi terus berlangsung. Pembongkaran wilayah-wilayah penjuru Indonesia dimana sawah, laut dan pegunungan yang menjadi tempat produksi menghilang karena serbuan industri ekstraktif dan perkebunan-perkebunan untuk memenuhi hasrat pasar global. Apakah mungkin mengharapkan pemuda dan pemudi kembali bertani disaat lingkungan masa kecil mereka hilang oleh nafsu akumulatif untuk produksi komoditas yang belum tentu ada kaitannya dengan hidup mereka, dengan hidup orang banyak, dengan perut kelaparan?
Sejarawan Eric Hobsbawm mengatakan bahwa kategori sosial “petani” dalam abad yang ekstrim ini menghilang, begitu juga sejarawan ahli Indonesia Robert Elson yang melihat periode 1990an adalah akhir tragis dari nasib petani di Asia Tenggara. Upaya Pram mengingatkan kita bahwa para petanilah soko guru dan fondasi bagi kemerdekaan bangsa ini tidak digrubris:
Tani dan Pertanian Indonesia adalah kekuatan dan sumber kegiatan ekonomi dan selebihnya seluruh biaya Revolusi 1945 dibayar oleh petani tanpa mengharapkan imbalan – maka tak juga mendapatkannya. Begitu orang meninggalkan revolusi juga tani, pertanian, sawah dan ladang ditinggalkan, dikembalikan pada kedudukan semula: jadi landasan. Apa yang diberikan dari luar masyarakat tani dinilai sebagai hadiah, kemurahan sang pemberi. Di luar masyarakat tani orang taka ada yang merasa berhutang pada masyarakat tani.
Kami tahu dan sadar bahwa kami tercerabut dari sejarah bangsa ini. Bahwa para petani, nelayan, buruh dan para pejuang pangan lainnya adalah landasan dan fondasi bagi berdirinya bangsa ini. Apakah mungkin kita melupakan mereka jika setiap butir beras, telur, sayur mayur dan berbagai kebutuhan pangan lainnya dapat kita nikmati karena kerja keras mereka? Itupun jika mereka masih ada tidak tergantikan oleh impor pangan.
Single “Akumulasi” kembali kami rilis bersama Smartestbomb Records sebagai bentuk awal kesadaran bahwa bagian penting dalam hidup mendasar kita disokong oleh para petani dan pejuang pangan lainnya. “Akumulasi” adalah bentuk solidaritas kami dalam merayakan UUPA dan hari Tani Nasional pada 24 September 2021. Solidaritas kami tidak hanya sebatas kepada petani tetapi juga nelayan, masyarakat adat, buruh dan mereka yang berjuang disektor informal tanpa genit dan pamrih dalam sorotan media. Undang-undang Pokok Agraria sebagai sebuah fondasi hukum tidak hanya membatasi persoalan agraria pada tanah dan pertanian tetapi juga sumber-sumber kehidupan mendasar lainnya yaitu air dan udara. Perampasan tanah, air dan udara atas nama akumulasi dan hawa nafsu manusia sebenarnya menghilangkan sumber-sumber kehidupan manusia itu sendiri.
“Akumulasi” akan dirilis pada tanggal 24 September 2021 dan videoklipnya tayang pada 26 September 2021. Videoklip “Akumulasi” akan mengangkat Tari Beladiri Barempuk yang berasal dari Sumbawa dan beberapa footage perjuangan petani dari Kendeng, nelayan kampung Nambangan-Cumpat, Surabaya, Petani Sadang, Sidoarjo, Masyarakat Adat Sendi, Mojokerto dan petani Porong, Sidoarjo. Tari Beladiri Barempuk adalah sebuah budaya yang tumbuh dari tradisi panen di pulau Sumbawa. Setelah panen biasanya anak-anak muda yang membantu sering ditantang oleh petani yang lebih tua untuk saling adu kehebatan. Adaptasi tari Barempuk ini dikombinasikan dengan tone warna-warni dari film Fight Club untuk membawa nuansa kekinian dari budaya lokal kita yang kaya.
Harapan kami bisa saja ide tentang “anak muda kembali bertani” dikumandangkan tapi apakah itu diikuti dengan upaya menjaga kelestarian alam dan kedaulatan wilayah pertanian di seluruh penjuru Indonesia? Kebudayaan petani seperti Tari Beladiri Barempuk bisa saja suatu saat akan menghilang bukan karena tidak ada yang melestarikannya tetapi karena sawah dan ladangnya sudah tidak ada. Lagu “Akumulasi” juga melibatkan kolaborasi dengan anak-anak kami untuk ikut mengisi bagian nyanyian. Harapan besar kami generasi dimasa yang akan datang dapat belajar menghargai hasil kerja orang lain yang bekerja dengan sunyi memberikan sumbangan bagi landasan bangsa ini. Tanpa petani, nelayan, masyarakat adat, buruh dan pekerja informal lainnya banyak pekerjaan penting yang menyokong hidup kita tidak dapat terpenuhi.

lyrics

Lyrics

Akumulasi...akumulasi...akumulasi kapital
Akumulasi...akumulasi...akumulasi primitif

Perampasan tanah air udara - porak poranda
sumber hidup petani, nelayan - buruh merana

Negeri agraria hilang sawah dan padi
Maritim Nusantara - tinggal cerita
Pulau Banda, Sangihe sampai Papua
Rata oleh serakah - nafsu manusia

Cangkul, cangkul, cangkul yang dalam
Keruk, keruk, keruk yang dalam

Akumulasi...akumulasi...akumulasi kapital
Akumulasi...akumulasi...akumulasi primitif

credits

released September 24, 2021
AKUMULASI

Lyric by Fathun Karib
Music by Farid Irawan

license

all rights reserved

tags

about

Cryptical Death Jakarta, Indonesia

CRYPTICAL DEATH, Jakarta Grinding Hardcore Punk unit yang terbentuk ditahun 1997. Melepas album pertama nya dengan title “Fight, Survive & Existance” di tahun 2000 silam. Bisa dibilang mereka adalah band pionir bagi genre musik crusty-punk dan crust-grind lokal, terutama di Jakarta. Dengan semangat dan energi baru di formasi reuni ini, mereka siap melepaskan album terbarunya dalam waktu dekat. ... more

contact / help

Contact Cryptical Death

Streaming and
Download help

Report this track or account

If you like Cryptical Death, you may also like: